Selalu Ada Kertas Putih (Part II)

Part II…
Awalnya mungkin ini kurang kerjaan banget. Karena aku ini nyomblangin. Bayangin saja, aku juga jomblo. Tapi aku malah mencarikan pacar untuk orang lain. Orang lain bahagia dan aku terpojok di kamar dengan meratapi malam minggu selalu galau. Hahaha… kalo dipikir sih ya gak apa-apa. Bisa lebih save money. Wakwawww..

Kembali ke Andi dan Ziko. Sebelum aku mengenalkan Ziko ke Andi tentu aku pasti izin ke Andi dulu, apakah dia berkenan untuk berkanalan dengan Ziko. Nah setelah Andi bilang “Okey, boleh” aku memberi pin Ziko ke Andi. Entah bagaimana proses kenalan mereka, karena aku tidak mungkin baca BBM mereka ya aku merasa tugas ku sebagai mak comblang sudah selesai. Emang sih kadang kalau aku “KEPO” aku biasa tanya ke Ziko lewat BBM. Dari ekspresinya sih kayaknya dia seneng banget. Bahkan dia merasa bahagia sekali. Ziko bilang kalau Andi itu orangnya sangat baik dan romantis. Sering ngajak makan, pulang kuliah di jemput dengan mobil. Padahal jarak kampus ke kos dia bisa ditempuh dengan jalan kaki. Entah lewat jalan mana mungkin muter-muter 10 kali dulu biar agak lama. Dan setiap turun mobil Andy, Ziko bilang selalu di beri uang jajan. Aku sih memaklumi karena sebagai anak kuliah memang soal duit itu penting banget. Kerja full tidak bisa, part time juga kadang merusak jadwal belajar, ditambah harus punya fisik yang kuat.
Nah dari cerita Ziko aku agak penasaran dengan sesuatu yang mungkin biasa dilakukan kebanyakan anak “sakit” sehabis ketemuan
“Ziko.. Apa setiap dijemput dan diantar ke kos mu, kalian melakukan “sesuatu” yang itu?” Tanya ku agar penasaran.
“Ow.. soal itu kak, Mas Andi gak kayak gitu. Dia kalau anter aku ke kos kadang ya gak sampai masuk kos. Cuma di mobil aja trus pulang. Pernah sih aku sebenarnya “pengen” tapi kayaknya dia gak mau kalau belum ada status pacar. Malah setiap aku mau keluar di mobil dikasih nasehat saja biar aku ini kuliah yang bener. Kasian ortu yang udah biayai dan banyak nasehat-nasehat lainnya yang bikin aku tambah sangat mencintainya. Orang nya benar-benar beda kak Bas. Karakternya dewasa dan tidak sex oriented. Padahal kalau aku perhatikan bodynya keren banget. Bikin aku ngeces terus. Xixixii… Makasih ya kak udah comblangin aku sama mas Andi.”

Jujur … setelah membaca chat Ziko sepintas ada rasa iri di hatiku. Aku merasa diriku bodoh sekali. Secara tidak langsung itu seolah bahwa mutiara yang selama ini aku cari, aku dapatkan, dan sudah aku genggam, malah aku kasihkan ke orang lain. Hanya karena mutiara itu dibungkus oleh kertas hitam yang tidak aku sukai.

Menyesal? Tentu tidak. Aku terus menguatkan hati dan berpegang teguh pada prinsipku. Aku hanya mengambil sisi positif dalam cerita ini. Soal mutiara yang aku beri sudah aku anggap itu sebagai hadiah untuk orang lain. Setidaknya aku bisa bahagia melihat orang yang aku kenal berbahagia karena aku. That’s it

Namun hari ini berbeda. Karena demam  dengan kepala yang amat sakit aku jadi tidak bisa berpikir jernih. Biasanya setiap ada maksud tertentu dari seseorang aku selalu membaca maksudnya. Sehingga aku bisa membatasi pergerakan dari perhatiannya. Hari ini karena status di BBM “Sakit” aku tidak menyangka jika Andi mengambil kesempatan untuk bertemu aku. Entah itu perhatian sebagai teman atau ada maksud tertentu. Aku tidak berburuk sangka sama dia. Tapi lebih tepatnya aku waspada agar aku tidak membuat seseorang itu lebih jauh perhatiannya ke aku. Karena dari awal aku memang tidak memberi kesempatan untuk menjadikannya "teman dekat". 

Aku juga tau jika Andi sudah terlalu banyak tahu tentang aku. Maklumlah dia polisi jadi gampang mencari informasi seseorang. Ditambah yang memberi informasi adalah mantanku polisi dulu si Arya itu. Karena tidak di pungkiri Arya itu adalah anak buah dari sepupu yg bertugas di Polda. Dulu dia sering ke rumah jika ingin bertemu aku. Jadi apapun tentang aku dia sudah tahu.

Aku raba BB ku di meja sambil posisi masih tetap tidur. Kepala yang agak pusing tidak memungkinkan aku untuk mengangkat kepala. Setelah kudapat BB ku, aku baca pesan masuk di BBM. Ternyata itu dari Andi. Dia menyapa dan menanyakan aku sakit apa. Hanya saja aku memang sengaja cuekin dia. Aku tidak ingin dia terlalu perhatian karena pada dasarnya aku tidak ingin dekat dengan dia. Ditambah dia juga sudah jadi BF Ziko.

Andi mengirim BBM aku lagi. Dia ingin menjengukku ke rumah. Aku sempat terkejut karena dia bilang sudah tau alamat rumahku. Karena aku udah mulai BT dengan kepala yang amat sakit aku iyakan saja dia pergi menjengukku nanti malam. Toh paling juga iseng. Kebanyakan orang kan begitu. Sok perhatian nyatanya hanya di omongan doank.

Jam sudah menunjukkan jam 16.30. Aku segera siap untuk pulang dan ingin cepat sampai rumah. Rasanya kamar ku adalah tempat yang paling nyaman untuk istirahat. Aku berjalan tidak secapat biasanya mengingat badanku masih lemas. Dengan berbekal doa sebelum naik motor aku jalani saja. Alhamdulillah juga aku akhirnya sampai rumah. Ingin aku segera makan minum obat dan tidur. Berharap besok pagi badan ku sudah agak mendingan dan bisa pergi bekerja lagi.

Hanya saja saat di kamar Aku mendengar suara salam dari luar. Wajar karena rumah ku juga tidak besar. Jadi aku bisa mendengar suara tamu yang datang. Aku mencoba mengenali suara tersebut. Tapi aku tidak mengenalinya. Aku sama sekali tidak kepikiran bahwa yang datang itu adalah tamu yang ingin bertemu aku. Hingga akhirnya aku mendengar kata “ANDI” dari suaranya.

Oh my God. Aku tidak menyangka bahwa dia benar-benar datang menjengukku. Rasa pusing dikepalaku seolah hilang karena timbul perasaan panic, cemas, khawatir, gugup, takut semua campur jadi satu.
“Tok tok tok” bunyi pintu kamar diketuk oleh ibu. “Le.. onok koncomu polisi teko. Temonono disek. (Nak.. Ada temanmu polisi datang. Temuin dulu)” sapa ibuku dari balik pintu.
Aku lekas bangkit dari tempat tidur. Dengan sedikit agak pusing walau tidak sesakit sebelumnya aku berjalan menuju ruang tamu untuk menemuinya. Tenyata benar dia Andi.
Kulihat sosok seorang laki-laki berseragam, berbadan tegap dengan kulit sawo matang. Mukanya sedikit berminyak mungkin karena memang kerjaannya di jalan jadi wajar lah. Walaupun begitu tetap dia terlihat manly dan?????
Ganteng.
Ups.. keceplosan. Oh come on Bastian. Remember your history with Arya. He is handsome police and make your heart broken. Remember your face skin. Dia merusak hati dan fisikmu (secara tidak langsung). One sentence! REMEMBER YOUR APPOINTMENT. Dilarang suka sama polisi. Okey?

“Hai mas!” sapaku pelan dan ku ulurkan tangan ku untuk bersalaman.
“Hai Adek..!” sapanya balik. Dia menjabat tanganku dengan tegas dan erat. Ciri khas orang army. “gimana keadaannya dek? Udah mendingan?”
“Lumayan mas. Udah enakan tadi abis istirahat sebentar.” Jawabku dengan suara pelan.
“Wah.. mas ganggu istirahatnya adek ya?” kata dia agak tidak enak mengganggu istirahatku
“Oh gak kok mas. Gak apa-apa. Klo mas sendiri gimana?” tanyaku balik
“Aku ya seperti yang kamu lihat. Alhamdulillah sehat” dia tersenyum.
“Ya bagus lah klo gitu.” Sahutku lagi.
“BTW mas minta maaf ya karena lancang langsung ke rumah Adek”
“Oh gak papa juga kok. Seru aja blind date langsung di rumah. Dikasih tahu Mas Arya ya?” Padahal hatiku deg deg an banget.
“Oh iya… mas tahu dari dia. Dia lengkap banget ngasih arahnya. Hehehe” jawabnya agak sedikit kaku dan garing. Mungkin dia merasa aneh juga kali.
 “Iya dia dulu sering kesini. Modus nya sih sekalian mampir ke sepupu ku yang polisi itu”
“Iya saya kenal kok sama sepupunya adek bastian. Tadi saya juga baru dari rumahnya.”
Dalam hatiku berkata Oh my god. Ini polisi kok modusnya sama. Jujur aku udah merasa gak nyaman dia datang. Apalagi pembicaraannya juga garing. sebenernya kepala ku balik pusing lagi kalo terlalu lama duduk. Tapi ya demi menghargai dia tidak apalah.
“Kalo gak kayak gini, kita gak ketemu ya?” sahut dia memulai kembali pembicaraan.
“iya mas. Maaf ya sebelumnya aku bukannya menghindar. Cuma lagi sibuk dan gak enak badan saja. Bulan ini kerjaanku banyak dan cuaca gak bagus jadi bikin badan meriang. Aku jadi gak bisa keluar-keluar kalo habis pulang kerja.”
“Iya mas ngerti. Yang penting adek masih mau komunikasi sama mas udah cukup”
“ohya ngomong-ngomong gimana hubungan mas dengan Ziko? Masih lancar kan? Hehehe”
Dia menatapku tajam ketika ku ajukan pertanyaan hubungannya dengan temanku Ziko. Sepertinya dia agak tidak suka aku bertanya tentang Ziko. Mungkin aku juga salah mengartikan raut wajah dan tatapannya.
“Oh mas sama dia baik-baik saja. Cuma..???” Mas Andi tidak melanjutkan pertanyaanya. Dan ini membuatku tambah penasaran.
“Cuma kenapa mas? Kok gak dilanjutkan?”tanya ku penasaran.
“Cuma mas masih penasaran dan masih bingung” jawabnya simple.
“Mas penasaran dan bingung kenapa?” tanyaku tambah penasaran.
“Em.. adek udah enakan belum? Adek mau gak ikut mas keluar sebentar. Mas merasa gak enak saja membicarakan soal itu disini”
Aku jadi terkejut mendengar dia berkata seperti itu. Seperti nya memang ada yang serius yang ingin dia katakan. Kepala ku agak pusing jika berdiri tapi aku merasa harus mau. Aku juga sangat penasaran dengan yang ingin dia katakana. Apakah dia lagi bertengkar dengan Ziko?
“iya mas gpp aku ikut. Tapi jangan jauh-jauh ya mas kita ngobrolnya di depan kompleks perumahan MCA deket rel itu saja gmn?”  saranku.
“Iya dek gpp. Yuk!” ajak dia.
“Okey aku pamit ibuku dulu ya?” aku masuk ke dalam dan pamit ke ibuku. Aku bilang mau cari jamu di ruko kompleks depan.
Saat aku menuju mobilnya dia membukakan pintu untukku. Dalam hati “Gila ni mas mas perhatian banget kayak di FTV saja. Mungkin ini kah yang dirasakan Ziko? Oh God please save me from him.

Comments

Most Popular

Pengalaman Pertama Test VCT (HIV/AIDS)

Ketika Sumpah Demi Tuhan Sudah Tak Berarti

Tulang Punggung Keluarga . Inikah Rasanya?

Pengalaman Memperpanjang Masa Berlaku SIM C

Selalu Ada Kertas Putih (Part III)