Selalu Ada Kertas Putih (Part III)

Tidak lama mobil kami meluncur ke kompleks samping kampungku. Disana memang jalannya lebar. Jadi parkir dan santai sambil ngobrol didalam mobil tidak masalah. Di jalan kami hanya diam seribu kata. Ada rasa canggung dan campur aduk di dalam hatiku.
“Okey mas mau bilang apa tadi? Mas bingung dan penasaran karena apa?” tanyaku langsung saat mobil berhenti.
“Sebentar ya mas mau keluar. Mas mau beli jagung dan gorengan enak kayaknya” dia tersenyum dan membuka pintu mobil.

Wait… aku jadi bingung dengan perlakuan dia kepadaku. Kenapa dia tidak to the point saja bilang rasa penasarannya. Ini seolah dia mengulur waktu. Hanya saja setelah melihat keadaan di luar perasaan ku sedikit lega. Aku melihat salah satu ruko yang menyewakan PlayStasion 2. Oh sweet heart.. I remember my lovely Mario. Tempat pertama kali aku bertemu dengannya.
 “Adek Bastian… adek mau gak jagung rebus?” tiba-tiba Mas Andi membuka pintu mobil dan masuk. Aku kaget banget. Jelas dia melihat ekspresi kagetku.
“Adek melamun?”tanya dia.
“Oh gak mas. Hanya kaget aja mas langsung masuk tadi” Hellooww…. Aku gak mungkin bilang teringat memory pertemuan dengan mantanku di sini.
“Ini tadi mas belikan jagung sama gorengan. Adek suka kan?” dia memberiku 2 buah jagung dan 1 plastik gorengan.
“Banyak amat mas? Gak habis aku makan sebanyak ini.”
“Gak apa-apa. Kalau gak habis kan bisa dibawa pulang di kasih keponakan. Mau mas suapin?” jawabnya dengan mimik wajah yang manis.
Aku terkejut dengan tawarannya itu. Wah lama-lama aku bisa mati nerfes didalam mobilnya. “Oh gak perlu mas. Aku makan sendiri saja. Nanti kayak bayi di suapin ibunya. Hehehe. Oh ya mas.. Sambil makan ngobrolnya tadi dilanjutin donk” aku mengambil tahu isi di plastic dan aku makan.
“Oh yang tadi? Okey mas lanjutin. Tapi janji dulu adek gak bakal marah kalau mas bilang semuanya”
“Iya beres. Janji aku gak akan marah” sahutku sambil makan gorengan.
Sesekali aku melihat wajahnya. Ada sedikit keraguan yang aku lihat dari raut wajahnya. Entah itu apa. Kudengar dia menghela nafas. Tanya ku dalam hati kenapa dia begitu gugup? Ada apa sebenarnya yang dia pikirkan. Atau yang dia rasakan.
“Dek.. mungkin benar mas dan Ziko sudah jadian. Tapi mas masih ragu dengan perasaan mas sendiri. Jujur mas dari awal sudah suka sama adek Bastian”
Seolah kepala tersengat listrik aku langsung menelan bulat-bulat tahu isi yang belum sesesai aku kunyah. Ku ambil tisu di dashboard mobilnya dan kuusap tangan dan bibirku. Dadaku sedikit terasa sesak. Mas Andi melihat ekspresiku yang sedikit pucat lalu dia langsung memberiku minum dari botol yang terletak di pintu mobilnya.
“Dek maaf ya bikin kaget. Adek jangan marah. Mas tadi hanya berusaha jujur dengan apa yang mas rasakan” kata Andi gugup.
“Iya mas gak apa-apa. Aku juga udah tau. Mas dulu kan juga pernah bilang kan?”
“Iya benar dari awal mas sudah bilang. Hanya saja adek gak mau kan sama mas karena mas ini polisi?”sahut dia dengan suara agak pelan.
“Mas boleh aku tanya dan kamu harus jawab jujur juga.” Kataku dengan suara tegas.
“Ketika aku comblangin mas dengan Ziko, kenapa mas mau menerima? Bukankah jika memang mas ragu dengan dia mas bisa menolak? Aku sekarang merasa bersalah sekali sama Ziko. Ziko itu anaknya baik mas. Dia lugu, lucu, baik dan sepertinya sangat mencintaimu. Dia selalu curhat ke aku bagaimana perlakuan romantismu ke dia. Aku mengira mas juga sangat mencintainya karena mas juga sudah nembak dia ditempat yang sangat romantis, antar jemput kuliahnya, bahkan mas ngasih dia cincin kan? Dan sekarang mas bilang masih sayang ke aku? Maksud mas apa? Jika mas sekarang bertengkar sama dia dan mencari pelarian, mas datang ke orang yang salah.”
Aku mulai emosi. Dia hanya tertunduk. “Tolong jangan diam. Jawab peranyaanku tadi!”
“Sebelumnya mas minta maaf ke adek. Dari awal memang mas sama sekali tidak pernah suka sama Ziko. Karena dari awal mas suka sama adek Bastian. Mas menerima ziko sebenarnya hanya ingin membuat adek cemburu. Karena mas tahu sebenarnya adek Bastian juga suka sama mas kan? Hanya saja adek gak mau karena mas mu ini polisi. Iya kan? Inget dek. Tidak semua polisi berperilaku buruk dan player. Mas serius sama adek. Mas sayang sama adek. Mas sayang bahkan mungkin sebelum adek mengenal mas.”
“Apa?? Sebelum aku mengenal mas, mas udah sayang sama aku?” aku benar-benar tidak mengerti maksudnya. Bagaimana bisa dia menyukaiku sebelum mengenalku?
“Iya. Mas sudah sayang sama adek sudah lama. Bahkan sudah 1 tahun yang lalu” Jawabnya tegas.
“1 tahun yang lalu? Maksud mas Andi gimana sih? Please mas jangan buat aku tambah bingung.” Tanyaku lagi tambah kebingungan.
“Maaf bikin adek bingung. Tapi adek juga pasti udah tahu kalau mas ini juga sahabat dari mantan adek, Arya.”
“Lalu apa hubungannya Arya dengan rasa suka mas yang 1 tahun lalu itu?” Aku jadi tambah bingung. Kulihat dia dengan menatap tajam.
“Selama ini jika Arya suka seseorang pasti bilang mas, dek. Bisa dibilang kami bersahabat. Dia sering curhat tentang masalah keluarga, karir, dan tentang dunia seperti ini. Termasuk waktu itu masalah dia dengan adek Bastian.”
“Termasuk makanan favorite ku ini ya?” tanyaku lagi.
“Iya dek. Mas tahu dari dia. Bahkan setiap tugas kadang dia cerita semua tentang adek. Maklum kan kadang dinas dijalan membosankan. Jadi bisa dibilang tukar pikiran dan cerita pengalaman pribadi jadi hiburan tersendiri. Tapi tidak sembarang kami cerita kehidupan pribadi ke orang/teman anggota lain. Mungkin karena mas dan dia sudah saling tahu kalau kita juga “sama”. Adek ngerti kan maksud mas?” Dia menepuk bahuku pelan.
“Iya mas aku ngerti” sahutku.
“Ya dia sering cerita tentang adek Bastian. Bahkan moment pertama kenal dulu. Hingga pada akhirnya ade bastian kuliah dan akhirnya punya pacar yang menikah itu hingga akhirnya setelah sangat lama kalian bertemu lagi.”
“Apakah dia juga bercerita tentang…”
“Bagaimana dia mempermainkan adek bastian. Ya dia cerita semuanya.” Sahut dia memotong ucapanku. “Saat itu mas juga sudah menasehati dia agar tidak main-main lagi. tapi sebagai sahabat mas tidak bisa mengatur kehidupan dia. Mas juga mendengar cerita dia juga merasa kasian sama adek bastian yang sering dibohongi. Bahkan dia pernah menuntut perubahan penampilan adek. Karena adek mungkin terlalu mencintai dia jadi menurut saja. Benar kan?” tanya dia.
“Iya mas. Semua itu benar” kataku sambil tertunduk.
“Sejak saat itu entah mengapa mas tiba-tiba terus mikirin adek. Mungkin awalnya karena kasihan. Tapi setelah kejadian di IceClub Lenmarc, itu adalah saat mas mulai kagum sama adek. Mas gak nyangka adek masih sebegitu perhatiannya sama Arya padahal dia sudah sangat menyakiti adek.”
“Sudahlah mas itu bukan perhatian. Aku hanya ingin menyelamatkan harga dirinya saja sebagai seorang polisi. Lagi pula bagaimanapun juga dia tetap teman sepupuku juga. Tidak mungkin kan aku biarkan dia dipermalukan dan ditertawakan saat dia mabuk berat seperti itu.”
“Iya mas tahu. Tapi mas benar-benar kagum. Arya begitu bodoh sudah menyia-nyiakan adek dulu. Hingga akhirnya dia sekarang sangat menyesal. Dia ingin balikan sama adek tapi adek tidak mau. Bahkan takdir sering mempertemukan adek dengan arya. Yang terakhir di kereta waktu perjalanan pulang dari jogja kan?”
“Iya mas. Kadang aku sampai heran. Dimanapun aku traveling aku sering ketemu dia.”
“Itu karena dia selalu memantau status facebook adek bastian. Adek kan hoby update status kemanapun dan dimanapun di facebook. Jadi Arya tahu dan berusaha mendekati adek dari jauh. Adek kemarin upload foto tiket kan? Jadi Arya tahu kapan adek brangkat dan pulang. “
 Rasanya dadaku semakin sesak mendengar kata mas Andi. Sesak bukan karena sakit lagi. Tapi aku jadi berpikir dan bertanya dalam hati “Apakah dia sudah berubah? Oh no.. aku masih belum percaya.” Tidak mungkin Arya berubah. Lagi pula masak dia memantau seperti itu? FB nya kan udah aku delete bahkan aku blokir dari friendlist. Tapi bisa saja sih dia membuat akun palsu yang terselubung dan memang terus memantauku. Apalagi ada menu “berlangganan” dan “teman dekat” jadi setiap aku update status selalu otomatis terkirim notifikasi ke FB dia. Oh f*ck
 “Kok diem dek? Adek kaget ya?” Sahut mas Andi.
“Oh gak apa apa mas. Ya memang kaget sih. Ternyata itu rahasianya kenapa aku selalu ketemu dia. Gak nyangka aja.”
“Tenang saja dek, Sekarang Arya sudah berhenti memantau adek. Dia sudah bilang kemarin sama mas kalau dia gak akan ganggu adek lagi. Bukan putus asa. Tapi karena…” Mas Andi tiba-tiba tidak meneruskan perkataannya lagi.
“Karena apa mas?”tanyaku penasaran.
“Oh maksud mas karena Arya sudah belajar menerima kenyataan kalau adek bastian memang sudah tidak suka dia lagi” jawabnya.
“Ow.. iya…” Sahut ku pelan.
“Boleh mas jujur lagi? Tapi kali ini adek janji lagi gak bole marah” Kata Mas Andi sambil memegang bahuku .
“Iya mas aku janji gak marah lagi. Ada apa mas?” tanyaku.
“Sebenarnya waktu itu yang tiba-tiba banyak teman anggota yang add bukan Arya yang nyebar pin BB adek. Tapi mas Andi sendiri” Jawab Andi pelan. Matanya menatap tajam padaku. Lagi-lagi kepalaku seperti tersengat ribuan volt listrik PLN.
“APA? Jadi mas yang nyebar? Kenapa mas lakuin itu?” Tanyaku dengan perasaan terkejut luar biasa. Entah aku harus marah, kecewa, ingin memukul dia tapi badanku terasa lemas sekali.
“Mas benar-benar minta maaf dek. Mas lakuin itu karena mas hanya ingin tes adek saja. Apakah adek seperti yang lain. Suka seseorang hanya karena covernya saja. Juga memastikan apakah adek masih membenci profesi kami.”
“Ow.. jadi mas hanya tes saja. Trus hasilnya gimana? “tanyaku pelan dengan perasaan sedikit jengkel
“Hasilnyaaa… luar biasa. Mas gak nyangka kalau adek itu berbeda. Mas jadi tambah suka sama adek” Kata mas Andi sambil menatapku dengan senyuman manis.
Saat ini aku merasa bahwa takdir seolah membuatku merasa bersalah lagi. Aku sudah menuduh Arya yang menyebar Pin BBM ku. Ya Tuhan… Aku benar-benar berdosa kepada dia. Aku sudah terlanjur menulis status yang tidak-tidak sama mantanku satu ini.
“Kok diam lagi? adek marah?” Tanya mas Andi lagi.
“Oh gak mas. Aku hanya menyesal saja karena sudah menuduh dia yang menyebar pin BBM ku.”
“Iya mas minta maaf sekali lagi. Setelah Arya dapat pin adek di kereta, dia bilang ke mas mau add adek lagi. tapi adek delcon dia setelah tau itu Arya. Boleh tau gak dek, sebegitu bencikah adek sama Arya? Apakah benar-benar tidak ada kesempatan lagi?” Mas Andi melihatku lagi dengan matanya yang tajam. Aku menoleh ke samping kiriku melihat lampu jalan yang terang di luar. Aku benar-benar bingung entah mau menjawab apa. Mas Andi terus menanti jawaban yang belum terlontar dari bibirku. “Maaf dek jika memang adek tidak mau jawab tidak apa-apa. Mas memang tidak berhak menekan adek dengan pertanyaan yang berhubungan dengan perasaan. Tapi yang jelas mas mau bilang ke adek. Bahwa setiap orang bisa berubah. Mungkin benar dulu Arya suka main sana-sini berpetualang. Tapi dia sekarang beda, dek. Dia sudah berubah. Selalu ada kertas putih didalam kehidupan seseorang. Dan kini dia mau menulis lembaran barunya dengan kisah yang baik. Sebelum kesini mas juga ijin ke dia mau ketemu adek. Dia kirim salam dan ingin meminta maaf.”
Aku semakin tertunduk mendengar nasehat mas Andi. Entah aku belum iklas dengan perlakuan Arya. Ingin rasanya aku memaafkannya. Tapi entah mengapa rasanya hatiku masih sakit setiap membayangkan wajahnya saja. Aku terbayang ketika dengan begitu mudahnya dia mendua. Bahkan tanpa rasa bersalah dia bermesraan dengan mantannya. Ya Tuhan aku tidak ingin mengingat itu.
Dengan hati yang mulai ku tata lagi aku kembali menatap wajah mas Andi. Dia pun melihatku. Ada beberapa hal yang sebenarnya masih membuatku bingung. Aku terus bertanya didalam hati. Mas Andi menurut ku masih menyimpan sesuatu yang belum aku ketahui.
“Mas.. aku masih belum mengerti dengan ini semua. Jujur aku bingung dengan maksud mas tadi. Menurutku ini sebenarnya aneh. Jika memang mas sayang sama aku, kenapa mas seolah aku ingin balikan sama Arya? Maksudku dari apa yang mas bilang tadi bahwa mas memuji Arya. Apa mas tidak takut kalau aku balik suka sama Arya?”
Mas Andi tersenyum. Dia melihat wajah lugu ku yang penuh pertanyaan. “Adek bastian ini lucu sekali ya? Mas tadi tidak memuji Arya. Hanya saja maksud mas itu pengen biar adek Bastian maafin Arya dan tidak buruk sangka lagi sama profesi kami. Soal adek misal balikan lagi sama Arya ya?? Gimana ya? Benar juga sih kata adek. Bahaya juga ya? Tapi mas bener-benar sayang sama adek. Kalau memang adek bahagia sama dia mas rela. Karena Arya juga sudah rela kalau adek bisa jadi pacarnya mas. Malah dia sangat mendukung. Mangkanya dia ngasih pin adek ke mas. Arya sudah menyadari kalau mas suka adek. Kan mas suka belain adek waktu dulu.  Mungkin sebagai teman mungkin itu tidak pantas. Tapi kali ini berbeda kondisi. Arya ingin mas menjaga adek. Karena Arya mungkin sudah gak bisa jagain adek disini.”
“Apa?” Kataku terkejut. “Maksud mas gak bisa jagain gimana?” aku lihat wajah mas Andi langsung berubah karena keceplosan.
“Arya dimutasi dek. Ke Mataram. Senin besok dia berangkat. Oleh karena itu sebelum dia pergi mas mau adek maafin dia.”
Aku kembali tertunduk. Entah mengapa aku merasa seolah kehilangan. Oh tidak aku membenci dia. Buat apa aku memikirkannya.
“Dek.. ini pin Arya. Kalau tidak keberatan adek add pin dia. Setidaknya dia bisa minta maaf langsung lewat BBM. Adek mau kan?” Mas Andi menyodorkan smartphone nya dan menunjukkan barcode pin Arya. Lama aku memandangi barcode dan pin yang terlihat di layar. Ingin rasanya aku segera add. Tapi tangan ini terasa berat untuk mengambil BB  dan add pin nya. “Dek.. gimana? Mau add?” kembali mas Andi menawarkan. “Ya sudah kalau memang adek tidak berkenan tidak masalah. Mas bisa mengerti. Kalau memang adek berubah pikiran adek bisa temuin dia besok senin jam 10 penerbangan garuda terminal 2. Kebetulan kantor adek dekat T2 kan?” kata mas Andy sambil menepuk bahuku.
“Iya mas. Akan aku pertimbangkan” kataku dengan tertunduk. Rasanya tenggorokan ini kelu. Bukan karena minyak sehabis makan gorengan. Melainkan aku sangat bingung. Mungkin benar aku harus mengikhlaskannya. Ikhlas membuang memory pahit yang dia beri ke aku.
Karena aku merasa ini sudah terlalu malam, aku meminta mas Andi balik ke rumah. Tak lupa dalam perjalanan pulang aku membeli jamu yang tadi aku bilang ke Ibu sebelum berangkat. Karena tidak lucu jika aku pulang tidak membeli jamu karena alasanku keluar rumah adalah membeli jamu. Sebenarnya aku tidak suka meminum jamu. Tapi ya sudahlah aku minum saja. Siapa tahu besok badanku lebih segar.
“Mas pulang dulu ya, dek. Salam saja buat ibu.” Kata mas Andi setelah mobil berhenti di depan rumahku.
“Mas gak mau masuk dulu?”tanyaku
“Tidak usah dek. Sudah malam gak enak. Lagi pula adek kan lagi sakit. Biar adek istirahat saja dulu. Okey?” katanya sambil mengelus rambutku.
“Iya juga sih mas. Sebelumnya terima kasih ya mas sudah jenguk aku.” Ku pandang dia dengan sedikit tersenyum.
“Adek besok libur kan? Pokoknya harus istirahat ya? Ingat tidak boleh keluyuran dulu. Kalau ketahuan mas dijalan nanti mas tilang” kata mas Andi menggodaku.
“Hehehe.. gak apa-apa tilang aja gak takut. Ntar aku telfon sepupuku biar mas Andi di hukum.”godaku balik.
“Waduh.. kalau berurusan sama sepupu adek mas gak berani deh. Hehehe” mas Andi tersenyum.
“Hahaha becanda mas. Aku besok memang akan tidur saja seharian. Biar sembuh dan hari senin besok bisa masuk kerja lagi”
“Iya lumayan hari liburnya bisa dipakai istirahat. Kalau begitu adek mau mas jemput hari senin besok? Adek pasti masih lemas karena baru sembuh. Gimana?”
“Oh gak usah mas aku bisa sendiri berangkatnya pakai motorku.” Aku menolaknya karena merasa tidak enak bila harus diantar dia.
“Gpp dek. Mas senang bisa anter adek kalau adek ijinkan. Boleh ya?”kata mas Andi dengan nada sedikit memaksa.
Oh Tuhan sebenarnya dari dulu aku ingin sekali bisa berangkat kerja diantar sama pacarku sendiri. Apalagi sama polteng kayak dia yang sangat perhatian. Aku melayang mendengar tawarannya. Aku tidak menyangka dia sangat perhatian sama aku. Selama ini perhatiannya hanya di kata-kata chating BBM. Aku pikir itu hanya bualan/rayuan/basa basi saja yang biasa diucapkan oleh orang yang pura-pura baik sama aku dimana niatnya hanya ingin meniduriku saja. Padahal tawaran mereka itu hanya palsu. Basa basi sih bole saja tapi jika terlalu membuat orang jadi berharap beneran itu bisa sangat menyakitkan. Namun kali ini aku melihat orang yang benar-benar perhatian sama aku. Dan ini nyata bukan hanya sekedar kata. Perhatiannya luar biasa. Benar kata Ziko dia sangat romantic dan perhatian.
Waitt… Ziko. Oh sial. Aku hampir lupa mas Andi sudah jadi milik Ziko. Aku tidak mau mengkhianati teman ku sendiri. Lagi pula aku yang kenalin dia. Oh no… Menyesal? Bisa dikatakan iya. Tapi tak apalah. Semua mungkin memang belum takdirku. Aku bisa terima itu.
“Gak usah mas. Mas sekarang kan udah punya Ziko. Dia temanku. Aku tidak ingin menyakitiki dia. Karena jika dia tau pasti dia akan kecewa. Mas coba belajar mencintai dia ya? Dia masih polos. Aku tidak ingin dia kecewa. Kasian mas. Karena dikhianati teman sendiri itu sangat menyakitkan mas. Aku pernah alami itu. Ziko anaknya baik dan aku tidak ingin melukis kesan buruk dalam pengaman dunia seperti ini.” Kataku pelan.
“Ya sudah mas minta maaf kalau tadi agak memaksa. Tapi boleh mas minta sesuatu ke adek. 1 permintaan saja agar mas bisa tenang dan mas janji akan belajar menerima Ziko dengan hati mas sendiri.” Mas andi memegang tanganku erat. Aku jadi deg-degan dengan permintaannya tersebut.
“Mas mau minta apa dari aku?” tanya ku agak ragu. Dia memegang bahuku. Kulihat punggung tangannya yang berbulu halus. Lalu aku kembali melihat wajahnya.
“Bole mas cium kening adek?” tanya mas Andi
Aku menelan ludah mendengar permintaannya tersebut. Entah antara mau atau tidak aku bingung. Tapi karena dia sudah terlanjur suka sama aku, mungkin ini cara terbaik agar dia bisa lebih tenang dan berharap dia juga ikhlas menerima Ziko.
“Baiklah kalau itu bisa membuat mas lebih tenang dan bisa menerima ziko aku bisa terima” kataku pelan. Mas andi kemudian memegang pipiku. Dia elus pipiku yang chubby ini sambil menekan sedikit. Dia memandang wajahku dengan tatapan yang sangat tajam. Seperti ingin menerkam mangsa. Namun tidak lama kemudian dia tersenyum kepadaku. Dia mendekatkan wajahnya ke keningku. Aku terpejam. Dan kurasakan bibirnya menempel hangat dikeningku. Entah perasaan apa yang aku rasakan tapi rasanya membuat aku damai sekali. Cukup lama dia menempelkan bibirnya dikeningku. Hingga aku sadar bahwa mobil yang berhenti didepan rumahku ini sudah dari tadi berhenti namun aku belum keluar. Aku tidak khawatir orang bisa melihat dia mencium keningku karena mobil mas Andi kacanya ryben. So orang dari luar tidak akan bisa melihat. Lagi pula ini sudah malam dan tidak ada orang yang nongkrong di jalan. Hanya saja aku tahu pasti ibuku sudah menunggu di ruang tamu. Karena merasa tidak enak ditunggu, aku pegang pipi mas Andi dan merasakan bulu halus dipipinya. Ternyata pipinya basah. Hatiku bertanya? “Apa ini air mata?” aku langsung melihat wajahnya. Dan benar. Ada sungai di pipinya. Dia tersenyum kepadaku dan mengucapkan “Thank you”.
Aku tidak mau berkomentar tentang air mata itu. Aku menyadari betapa dia begitu mencintaiku. Namun aku tidak boleh goyah dengan air mata yang keluar. Aku anggap itu adalah air mata ketenangan yang menghilangkan rasa rindu terpendam selama ini. Aku mengerti mencintai orang dari jauh namun tak bisa memiliki itu rasanya sangat menyakitkan. Karena pernah aku alami sendiri.
Aku keluar dari mobilnya. Sebelum menutup pintu, aku lihat lagi wajahnya. Dia tersenyum dan aku balas dengan senyuman. Lalu aku bilang “Hati-hati dijalan”.


Comments

Most Popular

Pengalaman Pertama Test VCT (HIV/AIDS)

Ketika Sumpah Demi Tuhan Sudah Tak Berarti

Tulang Punggung Keluarga . Inikah Rasanya?

Pengalaman Memperpanjang Masa Berlaku SIM C