Selalu Ada Kertas Putih (Part IV)
Malam
sudah larut. Namun aku belum bisa memejamkan mataku. Aku masih terngiang dengan
kejadian yang barusan aku alami. “Arya”. Benarkah dia sudah berubah. Aku ingat
waktu dikereta beberapa waktu yang lalu dia memang mencoba meyakinkan aku bahwa
dia akan berjanji berubah. Tapi aku sama sekali tidak percaya. Ya benar aku
sudah tidak percaya lagi sama dia. Hingga aku terus mengacuhkannya.
Aku
menghela napas. Aku memiringkan badanku dan aku ambil BB di meja deket tempat
tidurku. Aku buka gallery. Aku cari foto dia tapi tidak ada. Aku baru ingat
bahwa memang semua fotonya aku hidden menggunakan aplikasi. Saat aku sadar itu,
aku unlock semua dan benar. Keluar semua foto dia.
Aku
ingat betapa dulu aku sangat mencintainya. Karena aku mengenalnya sebagai
pribadi yang sangat baik dimataku, dan dimata keluargaku. Aku lihat satu
persatu fotonya. Kenangan demi kenangan bersama dia masih aku simpan. Tidak ku
sangka aku menyimpan begitu banyak fotonya. Mulai dari saat dia tugas di polsek
deket rumahku, saat dia ke rumah menjengukku dan bermain bersama keponanakanku,
dan yang paling indah adalah saat aku dan dia menjadi pagar bagus di acara
pernikahan sepupuku. Foto itu membuat aku melayang jauh. Seandainya takdir
tidak membuat kami terpisah. Mungkin kah aku bisa bersama dengan dia?. Ahhhh…
lama-lama otakku memikirkan hal yang tidak-tidak.
Selesai
aku buka galeri, aku membuka aplikasi BBM dan aku tekan tanda plus. ADD
Contact. Didalam mobil tadi saat mas Andi menunjukkan pin BBM dia aku memang
melihatnya. Namun aku tidak memerlukan bantuan dia untuk add contact pin BBM
Arya. Karena pada dasarnya aku masih ingat betul dengan pin yang dia beri. Aku
ketik pin BBM nya. Tapi aku ragu untuk menekan tombol send. Jariku bergetar.
Aku takut sekali. Dalam otakku berbicara “jangan lakukan itu bastian”, namun
hatiku menyuruh “lakukan. Kirim permintaan pertemanan ke dia”. Hemm… lagi dan
lagi otak dan hati selalu tidak singkron.
Aku
mencoba memejamkan mataku dan sedikit membuka untuk melihat tombol send pada
layar handphoneku. Hingga aku pejamkan lagi mataku dan entah mengapa jariku
ikut bergerak menyentuh layar.
“Invitation
Sent”
Oh
no… Karena panic sendiri aku melempar handphone kesebelah badanku. Aku melirik
apakah dia sudah approve pin BBM ku. Lama aku menunggu dan pada akhirnya karena
lelah sendiri aku jadi mengantuk dan tertidur…
Pagi
sudah datang. Aku mendengar suara alarm berbunyi di dekat telingaku. Karena aku
masih mengantuk aku langsung matikan notifikasinya dan tertidur lagi. Hanya
saja karena aku merasa lembab di pipiku, aku jadi tidak jadi tertidur. Aku
periksa apa yang lembab ternyata bantalku basah. Bukan karena air liur,
melainkan keringat dingin yang keluar saat tidur. Mungkin ini efek jamu yang
aku minum kemarin. Hasilnya sekarang aku merasakan badanku sudah enakan.
Aku
mencoba bangkit dari tidur dan pergi ke toilet. Tak lama aku kembali ke kamar
tidur untuk tidur lagi. Entah mungkin karena belum sembuh betul badanku terasa
lemas. Saat aku mau merobohkan badan ke kasur, perhatianku sedikit tertuju pada
lampu LED merah yang menyala di handphone ku. Awalnya aku pikir itu ucapan
selamat pagi yang biasa dikirimkan oleh beberapa teman yang suka broadcast jadi
aku biarin saja dan membacanya nanti.
Hampir
aku pejamkan mata aku teringat “Arya”. Oh Ya Tuhan jangan-jangan dia sudah
approve pin BBM ku kemarin malam? Langsung aku balik badan dan mengambil
handphoneku. Lampu LED yang terus menyala membuat hatiku tambah panic. Ingin
segera ku hidupkan layar agar aku bisa tahu siapa yang mengirim pesan. Nah saat
aku lihat ternyata “Broadcast link bokep lagi yang biasa dikirim oleh temanku
si Aris. Ya Aris temanku dari malang yang dulu ikut perjalanan ke pulau sempu
itu. Andai dia bukan teman seperjalanan mungkin sudah aku delcon itu pin anak.
Karena aku sebenarnya tidak suka dikirim link-link aneh kayak gitu.
Dengan
hati yang berasa “kecele” banget aku kembali tidur dengan posisi tangan masih
memegang handphone.
“cling-cling”
Kembali ada bunyi BBM masuk. Aku sama sekali tidak ingin membukanya. Males.
Paling juga BBM broadcast lagi. Aku juga merasa ngantuk saat kutaruh kepala
diatas bantal. Namun entah mengapa tangan ini seolah bergerak sendiri dan
menekan layar. Saat aku buka aku hanya membaca kalimat “Selamat pagi, Bas”
dengan penglihatan yang agak kabur. Aku tidak memperhatikan siapa yang mengirim
jadi aku biarkan.
“Cling-cling”
kembali bunyi BBM masuk. Aku masih malas membuka mataku. Hanya tanganku
bergerak sendiri dan dengan penglihatan yang kurang jelas tanpa melihat siapa
yang mengirim, aku membaca kalimat “Kenapa di read doank? Apa kamu masih marah
sama aku?”.
Otak
sedikit bekerja karena masih pagi dan mengantuk. Namun aku cuekin dan bergumam
sendiri “Pagi-pagi kok udah ada yang ngambek. Siapa sih?” mulai ada rasa
penasaran. Aku angkat handphone ku dan kubuka mataku lebar dan membaca siapa
yang mengirim. Ternyata “Arya”.
Aku
langsung bangkit dari tidurku. Aku bingung harus menjawab apa. Oh God please
what can I do? Jari ini terasa ingin bergerak menuju layar handphone dan
mengetik “Hi Arya, Gimana kabar kamu? Baik-baik saja kan?” Arrrgghh.. apa-apa
an ini. Aku langsung delete teks yang aku ketik tadi. Aku sangat bingung. Aku
harus balas dengan kalimat seperti apa. Hati terus bergejolak campur aduk.
Senang, malu, marah, jengkel.
Aku
pandangi layar handphone ku terus. Aku buka profile BBM nya dan aku zoom
profile picture nya. Ku lihat fotonya masih sama seperti dulu. Tetap masih
kinclong dan jujur aku masih mengagumi sosok yang berseragam seperti dia.
Bagiku dia adalah polisi paling tampan yang aku kenal. Tapi sangat menyakitkan
hati sehingga rasa suka itu berubah jadi kebencian yang amat dalam.
Hati
aku tata biar tidak gugup. Mulai aku gerakkan jari ini dengan mengetikkan
kalimat balasan BBm untuknya “Selamat pagi. Maaf aku baru bangun tidur. Jadi
agak telat balasnya. Tenang saja aku sudah tidak marah sama kamu” lalu aku
send.
“Syukurlah
kalau begitu. Aku senang kamu sudah tidak marah lagi sama aku. Bagaimana
keadaanmu? Apa sudah enakan? Aku tahu kabar kamu sedang sakit dari Andi” balas
BBM nya langsung.
“Iya
sudah enakan. Tinggal badan yang masih lemas saja” balasku singkat.
“Alhamdulillah.
Apa aku boleh jenguk kamu, bas?”
Sedikit
kaget aku bacanya. Dia mau menjengukku seperti yang dulu dia lakukan. So sweet
banget memory dulu. Hanya aku merasa sekarang kurang nyaman jika dia main lagi
ke rumahku.
“Gak
usah mas. Aku sudah sembuh kok. Tinggal butuh istirahat saja biar pulih”
balasku dengan hati yang sangat menyesal. Padahal hatiku bilang “Boleh mas”.
#OtakVSHati
“Ow
ya sudah, bas. Sebenarnya aku juga mau sekalian pamit ke kamu. Tapi tidak
apalah. Aku mengerti” balasnya lagi.
Kata
“mengerti” yang dia berikan seolah dia tau aku masih membencinya. padahal hati
aku ingin sekali dia memaksa datang. Entahlah. Aku kadang suka jika orang yang
aku sayangi memaksaku. Karena aku pikir dengan memaksa itu dia benar-benar serius
ingin memilikiku. Ribet banget karakterku ini. Payah banget kan? Sometime I
hate my life.
Suasana
kembali hening. Aku tidak membalas BBMnya lagi. Diapun tidak lagi mengirim
pesan. Mungkin kami berdua sama-sama bingung. Aku tahu itu karena aku juga
mengenal dia lama dan mengerti karakternya seperti apa. Aku dan Arya sama-sama
mempunyai karakter ingin dimanja dan ingin selalu diperhatikan, maklum umur
kami hanya selisih 1 tahun saja. Dia kelahiran 1988 dan aku 1989. Bahkan soal
muka pun kami hampir mirip. Pernah ada tetangga dipikir dia adalah kakakku.
Lucu saja liatnya. Masak kakak adik pacaran. Tragedi banget kan? Ya sudahlah
itu hanya secuil memory bersama dia dulu. Sepertinya takdir membuat aku dan dia
memang harus berpisah. Tinggal menunggu waktu saja. Dan itu 2 hari lagi.
2
hari kemudian………
Aku
berangkat ke kantor telat lagi. kali ini sekitar 15 menit. Parahnya demamku
kambuh. Entah mengapa badanku kali ini benar-benar tidak bersahabat dengan cuaca.
Di ruang kantor aku hanya melihat layar computer saja. Saat bosan aku
mengalihkan perhatian ke BB ku. Aku lihat dari beberapa recent update. Namun
yang ku tunggu hanya satu. Ya… dari Arya. Oh come on Bastian. Kenapa kamu masih
memikirkan dia? Bodoh sekali bila kau terus mengharap dia. Pikiranku terus
memaki diri sendiri tak henti-henti. Tak lama kemudian aku aku lihat recent
update “@Juanda International Airport Terminal 2. Good bye Surabaya” dari BBM
Arya.
Kelu
rasanya hati ini membacanya. Aku bingung. Seharusnya aku biasa saja dengan
kepergiannya. Namun tidak bisa aku bohongi ada rasa tidak nyaman di hatiku.
“cling-cling”
Bunyi BB ku. Ada message masuk. Dari Arya. “Pagi Bas. Udah di kantor?”
Agak
lama aku merhatiin pesannya. Aku bingung. Aku tidak mau memperlihatkan
kesedihanku padanya. Sehingga aku harus hati-hati dalam merangkai kalimat
balasan untuknya
“Pagi..
iya sudah di kantor. Ada apa?” balasku dengan menggunakan kalimat agak jutek.
“Wah
masih marah ni.. hehehe…tidak ada apa-apa Bastian. Aku hanya mau bilang aku
sekarang di T2 Juanda” balasnya.
“Iya
udah tau dari recent update mu dari tadi” balasku cepat. Baru aku sadari kalau
aku salah kalimat. Oh no… “udah tau recent update mu dari tadi” bodoh. Ini
menunjukkan aku perhatian ke dia. Gawat.
“Bas
jangan marah ya.. aku hanya ingin minta maaf saja. Untuk terakhir kalinya aku
ingin sekali ketemu kamu. Itupun jika kamu berkenan.”
Aku
bingung harus bagaimana. Ingin sekali aku menemuinya. Hanya saja gengsi dan
memory buruk itu terus tengiang dalam bayangan pikiranku.
“Maaf
aku gak bisa nemuin kamu. Aku sedang kerja gak bisa keluar kantor.” Balasku di
BBM.
Agak
lama dia membalasnya. Kemudian BBM ku membunyikan pesan terakhir dari dia.”ya
sudah.. Maaf jika aku terkesan memaksa. Kamu jaga diri baik-baik ya.”
Sesak
rasanya membaca kalimat ini. Aku bingung. Campur aduk dan sebagainya. Hatiku
berdebar ingin menemuinya. Namun sekali lagi pikiranku melarang. Kepalaku terus
tertunduk tidak bisa konsentrasi. Kemudian aku naik ke lantai 2 menuju ruang
meeting. Aku buka jendela ruangan itu. Dari situ aku bisa melihat bandara
international Juanda terminal 2. Termasuk lalu lalang pesawat take off,
landing, dan taxi menuju terminal 2. Aku
melihat sudah ada pesawat garuda yang sedang prepare di dekat terminal 2. Aku
berpikir mungkin itu pesawat yang akan dinaiki Arya. Pandangan terus aku
tujukan ke pesawat itu. Hingga aku hampir melamun dan kaget ketika ada pesawat
Lion yang lepas landas di landasan. Engine pesawat itu terdengar berisik sekali
karena tabrakan udara.
Entah
mengapa ada rasa dorongan untuk menemui dia. Mungkin ini tanda bahwa aku harus
memberi dia maaf. Terlintas ceramah agama ketika aku sholat jum’at beberapa
minggu lalu bahwa untuk mendapatkan kedamaian adalah dengan memaafkan orang
yang pernah menyakiti kita. Bagaimanapun juga kita akan rugi sendiri dengan
menyimpan kedengkian terhadap seseorang. Hati ini akan sakit terus. Tidak
enaknya lagi orang yang kita benci bisa jadi dia sudah bersenang-senang dengan
orang lain. Sungguh aku harus mengikhlaskannya. Yang jelas mungkin dengan
bertemu Arya untuk terakhir kali aku bisa lebih tenang dan tidak menyisakan
penyesalan. Semoga itu juga bisa meredakan sifat sensi dan negative thingking
ketika melihat seorang petugas polisi.
Dengan
sadar kemudian aku langsung keluar ruangan meeting dan turun menuju tangga.
Langkahku sedikit berlari mengingat aku tidak mau kehabisan waktu. Semoga dia
belum check-in kataku dalam hati. Sampai pos penjagaan aku baru sadar bahwa
tidak mungkin aku bisa keluar area kantor di jam kerja. Security kantorpun
menyapaku. Walau aku kenal dekat dengan mereka, namun aku yakin aku tetap tidak
akan mendapat ijin karena kepala securitynya galak sekali. Lantas saat aku
disapa mereka aku pura-pura masuk ATM biar mereka tidak curiga
“Oh
my god aku seperti pencuri saja dikantorku sendiri” kataku dalam hati.
Ini
seperti adegan film mission imposible saja. Aku harus membaca keadaan dan lari
dari ATM. Aku terus memutar otak bagaimana aku bisa keluar kantor karena ada 2
lapis penjagaan. Namun tiba-tiba muncul ide
“Lewat
sekolah pilot” ide ku. Ya… itu adalah satu-satunya jalan karena security di
sekolah pasti masih menganggapku murid disana. Namun sudah pasti aku ke
Terminal 2 Juanda harus jalan kaki dan itu jaraknya kurang lebih 800 meter. Ya
ampun itu jauh sekali. Tak apalah jauh tapi waktunya cukupkah? Padahal jika
ditarik garis lurus jaraknya hanya 200 meter saja aku ke T2 juanda. Mau
bagaimana lagi karena factor security yang ketat tidak semua orang punya akses
keluar masuk seenaknya. Apalagi sampai masuk “Apron” Bandara. Tak apalah
mungkin ini perjuangan terakhirku demi dia yang mungkin tidak akan pernah dia
tahu.
Akhirnya
setelah pandangan security beralih ke TV aku keluar ATM dan menuju masjid. untuk
sampai sekolah memang aku harus melewati jembatan sebelah masjid. Jalan itu
juga aman dari pandangan security. Langkah aku percepat namun aku tidak lari.
Karena pasti akan dicurigai. Sampai seberang jembatan sebelah sekolah aku
mendengar hentakan sepatu beberapa orang yang berlari. Ternyata itu siswa pilot
yang sedang jogging pagi sebelum masuk kelas. Aku pura-pura main HP dan tak
melihat mereka. Setelah mereka berlalu aku meneruskan jalan cepatku ke pos
sekolah. Nah disitulah jalan keluar terakhir. Kebetulan di pos juga tidak ada
security. Mungkin dia sedang keliling di sisi lain pos sekolah.
Berhasil
aku keluar Area sekolah aku langsung mempercepat jalanku. Namun masih belum
bisa lari karena pos sekolah ini berdekatan dengan pos kantorku. Harus aku
lewati pula didepannya. Untung jalan dan pos kantorku dipisah sungai sehingga
security kantorku juga gak akan tahu siapa yang lewat di jalan raya. Baru setelah
aku lewati pos security kantorku aku mulai berlari. Mengejar waktu agar tidak
terlambat menemui Arya. Aneh memang kenapa aku jadi bisa berjuang seperti ini.
Apakah aku masih mencintainya? Oh no.. aku benar-benar sudah membunuh perasaan
itu.
Jarak
sudah aku tempuh setengah perjalanan. Namun aku tidak merasa capek sedikitpun.
Rasa khawatir ku lebih besar daripada jumlah keringat yang keluar dari tubuhku.
Aku terus langkahkan kakiku menuju bandara T2.
Setelah
sampai aku langsung masuk bandara. Aku menoleh kekanan dan ke kiri. Kebetulan
tidak begitu ramai. Namun aku tetap tidak melihat batang hidungnya. Aku
berpikir pasti dia sudah check-in.
Langsung
aku menuju tempat check-in namun saat di gate aviation security (AVSEC) dia
memberhentikanku
“Maaf
pak bisa diperlihatkan tiket/kode booking pesawatnya?” kata petugas AVSEC
tersebut.
Langsung
aku melihat ke saku ku. GAWAT! Aku lupa membawa pas bandara dan BB ku. Oh no..
kembali ke kantor? No way! “Maaf pak saya lupa membawa pas bandara saya. Boleh
gak pak saya masuk sebentar saja ke ruang check-in. Urgent banget plis” kataku
memohon.
“Maaf
pak tetap tidak bisa kalau tidak ada pas bandara atau tiket” jawab petugas itu
tegas. Memang tidak bisa disalahkan juga dia. Aku sadar aku yang salah karena
lupa membawa identitas pas bandara. Aku mulai panic. Terus otak ini aku paksa
berpikir. “Ayo Bas berpikir!!!”
“Loh
Bas kamu disini?” tiba-tiba ada petugas AVSEC lain yang menyapaku.
“Mas
Prio” sahutku kaget.
Dalam
hati aku bersyukur sekali siapa tahu dia bisa membantu. Aku gak menyangka dia
ternyata sudah jadi AVSEC di T2 Juanda. Dulu dia adalah security di kantorku.
Kebetulan juga lumayan berteman dekat dikantor.
“Gimana
kabarmu?” Tanya dia. “Baik mas” jawabku singkat.
“Kamu
mau kemana kok kayaknya ada masalah?” tanya dia.
“Emmm..
Ini mas aku mau nemuin saudaraku. Ada barangnya yang ketinggalan tapi dia udah
check in di dalam.” Kataku sedikit bohong. Berharap sekali temen ku ini bisa
bantu.
“ow..
gitu… di telfon gak bisa?”tanya dia lagi.
“Sudah
mas. Cuma kayaknya hape dia dimatikan. Aku BBM juga pending.” Jawabku.
“kalo
gitu ikut aku sekarang kesebelah situ” dia menunjukk kearah sebelah kanan. Aku
lihat ada tembok kaca transparan. Terlihat didalam ruang check in dan
orang-orang yang antri didalam. Mungkin karena panik aku sampai tidak sadar.
Bisa juga karena bandara ini memang baru dibuka. Entahlah semua isi kepalaku
blank.
“Nah
kamu bisa ngenali gak orang didalam itu mana mas mu. Nanti aku masuk kedalam
dan sampaikan ke dia” gak nyangka mas prio baik banget. Langsung aku perhatikan
semua orang yang lalu lalang didalam. Tak sulit menemukannya karena apa? Ya
karena dia polisi. Kemana-mana pasti memakai seragam kebanggaannya.
“Itu
mas yang pakai seragam polisi. Yang lagi duduk sama orang yang sebelahnya
itu……” oh my god. Itu kan Mas Andy. Hatiku bertanya ngapain dia ikut check in?
apa dia juga dimutasi?
“Loh
mas mu polisi? Baru tahu aku. Oh iya mirip sama kamu.. hehehe.. okey aku
samperin dia ya. Kamu tunggu disini!” kata mas Prio.
Mas
prio akhirnya jalan dan masuk ke ruang check in. Dari luar kulihat dia
mendekati Arya. Entah apa yang mereka bicarakan kemudian mas Prio menunjukku
dari dalam. Arya dan Mas Andy lalu melihatku. Aku lihat ekspresi terkejut dari
Arya yang melihatku dari dalam. Sedangkan Mas Arya hanya tersenyum kearahku. Jujur
aku malu melihat dia. Karena kemarin aku seolah dengan gengsi tinggi ku menolak
memberikan maaf. And now… Aku datang dengan penuh perjuangan. Aku sendiri juga
bingung mengapa aku melakukan ini.
Arya
beranjak dari tempat duduknya. Sedangkan mas Andy tidak ikut. Sepertinya Aku
tahu alasannya. Arya dengan langkah agak cepat kemudian keluar dari ruang
check-in bersama mas prio. Namun mas prio berhenti dan ngobrol sama temen nya
tadi yang jaga pintu masuk check-in. Arya kini dihadapanku.
“Bastian…
Kamu disini??” Sapa dia sambil tersenyum. Entah penglihatanku yang salah atau
tidak aku melihat matanya berkaca-kaca. demikian pula dengan…. AKU.
“Iya
aku…” sepertinya aku benar-benar speechless. Tak ada kata yang bisa keluar dari
bibirku.
“Thanks
banget udah datang. Gak nyangka kamu kesini. Aku pikir kamu..” Arya menggenggam
erat tanganku.
“Iya
tadi aku sebenernya sibuk, tapi udah aku kerjakan dengan cepat.” Sahutku
langsung sambil sedikit tersenyum.
“Maaf
merepotkan. Tapi aku berterima kasih kamu datang. Aku lega sekali. Aku…”
Belum
selesai dia berbicara tiba-tiba pengumuman penerbangan terdengar. Itu
penerbangan pesawat Arya.
“Bas…”
kata Arya
“Ya..”
Sahutku
“Aku
minta maaf atas semua kesalahanku. Aku bener-bener minta maaf udah nyakitin
kamu sebelumnya. Aku nyesel banget.”
“Aku
udah maafin kamu. Aku udah ikhlaskan semua kok. Gak apa-apa mungkin kita emang
gak jodoh. Aku juga minta maaf karena aku kemarin mungkin terkesan angkuh sama
kamu. Aku gak bermaksud gituin kamu. Aku berharap hubungan kita baik-baik saja”
“Makasih
banget. Aku tenang sekarang. Tapi…” tiba-tiba Arya tertunduk. Seperti ada yang
ingin dia katakan namun terasa berat. Aku tahu itu dan aku berharap tidak
mengatakan hal itu. Karena bisa memancing emosiku. Dia kembali menatapku.
“Apakah kita bisa kembali dekat seperti dulu? Percayalah aku kali ini
benar-benar sudah berubah. Aku janji!”
Aku
tertegun sebentar. Masih tak percaya dia mengatakan itu. Kugigit bibirku agar
tak gugup dan salah ucap karena panic. Dalam hati aku bertanya apa aku harus
jadi bodoh lagi karena mempercayainya? Oh no… it’s not about that. Dadaku
sedikit sesak karena mendadak ada something yang aku pendam. Rasa benci?
Mungkin. Sepertinya kata janji dari dia seolah membuka luka lama. Semua memory
menyakitkan kembali tergambar didepan mataku. Emosiku naik. Please mas Arya
jangan ucapkan kata balikan.
“Bas…Aku
sayang sama kamu. Sampai saat ini hanya kamu yang bisa membuka mataku tentang
apa yang namanya cinta. Kamu berbeda dari orang yang selama ini aku kenal.
Please… aku juga tahu kamu masih sayang. Jangan bohongi dirimu sendiri lagi”
Oh god what’s going on. Aku sama sekali tidak
bisa menatap matanya. Aku menunduk dan panik tidak tahu harus harus menjawab
apa. Sesekali kulihat sekelilingku banyak orang yang berseliweran
kesana-kemari. Namun aku merasa seolah hanya Arya yang bisa ku dengar suaranya.
“Bas…”
sahut dia lagi agak keras.
“YA…”
jawabku dengan nada tinggi. Emosiku sudah tidak bisa aku tahan lagi. “Kamu benar,
Aku masih sayang sama kamu. Bahkan kamu mungkin gak akan pernah tau bagaimana
rasa cintaku sudah melebihi batas dan kamu membuatnya menjadi benci yang
teramat sangat. Karena kamu aku menganggap semua polisi itu brengsek. Hanya
bermodal seragam dan rasa percaya tinggi berlebihan akhirnya suka memperlakukan
orang seenaknya. Ya…jujur aku sebenarnya sangat kecewa dan marah sama kamu.
Karena saat aku kembali percaya bahwa polisi itu tidak semuanya brengsek, kamu
malah merusaknya.. Yang jelas kamu sudah membuat aku berantakan. Hancur. Dan
sekarang kamu ingin balik dalam kehidupanku yang sudah payah aku perbaiki lalu
kamu ingin merusaknya lagi. apa kamu masih belum PUAS??? ”
“Bas..kamu…”
sahut dia kaget melihat expresiku yang tiba-tiba berubah.
“Bas…
Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Aku dari awal sudah minta maaf kan? Jadi
sebenarnya kamu belum maafin aku? kalau memang kamu ingin memukulku, baiklah…
silahkan. Pukullah Aku tidak akan mengelak. Yang penting kamu bisa maafin aku..”
Emosi
terus terbakar didalam pikiranku. Tanganku sudah mengepal erat. Tapi hati terus
mendinginkan pikiranku. Lagipula ini juga tempat umum. Sungguh tidak elegan
jika aku memukulnya di tempat umum. Hanya saja jika aku memukulnya itu sama
sekali tidak akan sebanding dengan rasa sakit hati yang dia berikan ke aku.
Logikaku
terus berjalan. Berangsur-angsur emosiku mulai reda. Mungkin benar aku hanya
butuh “speak up” dengan apa yang aku pendam selama ini. Rasa dengki ini tidak
bisa terus aku pelihara. Karena bisa merugikan diriku sendiri dan orang lain.
Aku jadi ingat dengan beberapa orang yang pernah curhat ke aku ketika
berkenalan dengan seorang polisi aku selalu berburuk sangka sama kenalannya.
Mungkin aku tidak harus turut ikut campur dengan berburuk sangka sama mereka. Bisa saja aku malah merusak hubungan mereka.
Ya Tuhan betapa terkutuknya diriku. Rasa benci ini telah merubah diriku menjadi
seorang yang berkarakter buruk.
Arya
terus memandangiku. Dia tahu aku hanya emosi saja. Dia memegang tanganku lalu
meminta maaf dan mengutarakan penyesalannya lagi.
“Bas
maafin aku. Berilah aku 1 lembar “kertas putih” saja. Aku akan sangat berterima
kasih. Aku tahu masa lalu memang tidak bisa dirubah. Tapi aku yakin masa depanku
dan kamu pasti berubah. Tolong berilah aku 1 kesempatan untuk memperbaiki ini
semua.”
Aku
kembali menunduk. Berat rasanya hati ini menerima. Tapi benar apa katanya.
Tuhan saja maha pengampun. Sungguh tidak tahu diri sekali jika aku tidak bisa
memaafkannya. Aku simpulkan bibirku dengan tersenyum. Ku tatap wajahnya.
“Ya..
Aku maafin kamu dan aku akan memberi kertas putih itu lagi. Tapi kertas
persahabatan. Karena…” aku tidak bisa meneruskan kalimatku. Arya juga terdiam
sebentar. Entah apa yang dia pikirkan. Semoga aku tidak menyakiti hatinya.
“Aku
mengerti. Tidak apa-apa. Aku bersukur jika memang kali ini kamu benar-benar
memaafkanku dari lubuk hatimu yang paling dalam.” Arya tersenyum.
“Semoga
kamu bisa dapat orang yang lebih baik dari aku. Jaga dia jangan disia-siakan.”
“iya”
Entah
siapa yang memulai kami berpelukan wajar dan kubisikkan “Semoga karirmu tambah
sukses. Jaga diri disana okey?” Arya memandangiku “Thank you” sahut Arya.
Finally
mungkin ini adalah akhir dari cerita cinta antara aku dan dia, Arya. Sungguh panjang
dan banyak waktu ku buang hanya untuk mencintai dan membenci dia. Rasa benci
karena cinta yang dipermainkan, tanpa hati dan terasa seperti permainan gasing
yang terus berputar tanpa henti. Kini gangsing itu sudah kehilangan daya
putarnya. Lalu berhenti.
Ku
lepas kepergiannya dengan melihat senyum manis darinya. Semoga dia juga bisa
melupakan rasa cinta dan penyesalannya. Cinta darinya walau sebesar apapun
pengorbanannya tetap tidak akan membuat aku menuliskan kertas putih cinta
untuknya. Mungkinkah ini karma?
Wahai
takdir. Jika aku bertanya kepadamu mengapa engkau terlalu membuat hidupku penuh
drama? Bahkan temanku yang aku ceritakan apa yang aku alami selama ini dia
tidak bisa percaya. Terlalu banyak kebetulan dan kejadian yang mirip seperti kejadian
dalam film. Tapi aku tak peduli dia percaya atau tidak. Toh tak ada gunanya juga
aku mengarang cerita sampah.
Sungguh
rumit jika aku menganalisa mengapa semua ini terjadi. Dulu aku mencintainya
namun dia hanya mempermainkan aku seperti orang tolol yang lugu bahkan tak tahu
bahwa aku memang dibohongi. Dan sekarang dia memohon padaku untuk kembali
bersamamnya?
Rasa
itu sudah hilang. Cinta memang bisa kadaluarsa karena moment bersamanya kebanyakan
hanya terisi dengan cerita galau. Manisnya hanya diawal saja sebelum aku tahu
sifat buruknya. Tak ada yang membuat aku terkesan lagi. Sekarang mungkin dia
sadar bahwa sebenarnya siapa yang benar-benar peduli. Kesenangan semu dia
ketika dipuja banyak orang membuat dia buta. Apa yang dia lakukan hanya
mengundang orang yang ingin mampir menuliskan cerita dalam kertas putih
hatinya. “I just wanna fun with u”. Awalnya mungkin dia enjoy dengan kehidupan
glamournya. Namun tetap setiap manusia itu punya hati. Butuh ketulusan dan
cinta sejati. Orang “fun” tidak akan pernah mengenali itu.
Arya.
Entah kejadian apa yang membuatmu berubah seperti ini. Mungkinkah kamu pernah
mencintai dan dikhianati? Whatever I don’t care about that. Tapi aku tetap
bangga padamu. Setidaknya kamu sekarang bisa menjadi orang yang lebih baik. Sungguh
beruntung saat lembaran kertas putihmu ditulis oleh orang yang tepat. Semoga itu
terjadi.
Okey..
waktunya kembali ke kantor. Oh my god aku harus jalan lagi sejauh itu dan
menyusup lagi tanpa sepengetahuan security. Oh no……
Comments
Post a Comment