Tulang Punggung Keluarga . Inikah Rasanya?
Dear
My Life
Hidup
memang seperti roda berputar. Kadang diatas kadang dibawah. Begitu pula
kehidupan yang aku jalani sekarang. Jika harus flashback ke masa lalu aku
merasa begitu indah. Sejak kecil orang tuaku begitu memanjakan diriku. Walau
sederhana tapi aku merasa mereka terus mencukupi kebutuhanku.
Saat
aku besar, lulus kuliah dan bekerja, aku sudah bisa mulai hidup mandiri. Kerja
di tempat ini itu keluar masuk seperti tanpa beban. Pada akhirnya aku mulai mencintai
pekerjaanku di tempat kerjaku sekarang. Tempat kerja yang saat kecil aku kagumi
dengan tulisan nama perusahaan yang terpampang gagah di dekat bandara. Aku tak
mengira bisa sejauh ini. Ditempat ini… Takdir memang siapa yang bisa menyangka
bukan?
Namun
aku kembali menerima takdir yang kembali tak disangka. Usia kedua orang tuaku
sudah mulai menua. Hingga untuk bekerja sudah hampir tidak mampu. Maklum,
bapakku seorang tukang gali sumur/bor. Pekerjaannya memerlukan fisik yang kuat
untuk menggali dan menurunkan beton bis sumur dan memutar besi bor. Aku bisa
merasakan betapa susahnya pekerjaan itu. Sejak SD aku ikut melihatnya, SMP
mulai membantu sedikit, dan SMA termasuk kuliah akhirnya aku full membantu
bapak ku bekerja supaya aku bisa terus sekolah dan kuliah. Hidup yang keras
sudah aku lalui bersama. Entahlah kehidupan keluargaku sungguh complicated jika
harus dijelaskan secara detail.
Okey
kembali ke masa sekarang. Sekarang aku mempunyai pekerjaan yang keren. Dunia
Dirgantara. Penerbangan Indonesia. Tidak semua orang bisa melihat pesawat
setiap hari bukan? Hehehe. Sory becanda! Yang aku terkesan dari pekerjaanku ini
adalah ilmu pengetahuannya. Entahlah ini memang takdir yang sudah aku dapatkan.
Bagaimana aku bisa disini juga tidak disangka. Saat pertama kali masuk aku
tercengang dengan semua teknologi yang ada didalam perusahaan tempat aku
bekerja. Saat itu aku tidak lagi memikirkan berapa besar gajiku yang aku
dapatkan. Yang aku pikirkan hanyalah bisa bekerja dan mendapat ilmu
sebanyak-banyaknya. Sepertinya aku adalah orang yang sangat tertarik dengan
IPTEK.
Jujur
saat mulai bekerja aku sendiri tidak tahu berapa gajiku yang akan aku terima.
Aku pasrahkan saja sama management perusahaan. Baru setelah beberapa hari
bekerja aku mendengar bahwa gaji anak kontrak/training seperti aku itu dibawah
UMR. Sungguh aku kaget sekali waktu itu. Karena gaji pegawai tetap saat aku
masuk rata-rata bisa mencapai 10x UMR. Bagaimana aku tahu gaji mereka itu
mudah. Karena secara tidak sengaja aku pernah menemukan sebuah kertas yang
ternyata itu slip gaji pegawai yang posisinya aku gantikan sekarang. Itu baru
gaji pokok belum tunjangan ini dan itu. Namun aku tidak berkecil hati. Ibuku
terus memberi aku semangat dan beliau selalu berdoa agar karirku bisa terus
meningkat.
1
bulan kujalani akhirnya aku mendapat gaji. Agak serem liatnya namun setelah aku
buka amplop gajiku ternyata nominalnya sebesar UMR. Aku sendiri bingung mengapa
gajiku UMR sedangkan yang lain masih jauh dibawahku. Aku bersyukur dan cukup
senang Allah masih menunjukkan kebesarannya.
Waktu
terus berjalan. Kemudian gaya hidupku mulai sedikit naik. Aku beli ini itu
tanpa aku pikir. Hoby belanja gadget terbaru dan baju tiap bulan. Aku merasa
bisa mencukupi kebutuhanku sendiri dan memberi sebagian untuk kebutuhan ibuku
pribadi. Hingga pada akhirnya gajiku mulai naik diatas UMR lebih. Tapi tidak
disangka tahun 2013 semester 2 bapakku jatuh sakit. Kemudian sembuh dan sakit
lagi. Sampai aku sadari bahwa beliau memang sudah tua umur 60 tahunan. Aku
terdiam dan memutuskan agar bapakku tidak bekerja lagi. Biar aku saja yang
memenuhi kebutuhan keluargaku, ibu dan bapakku.
Inilah
awal dari kehidupan yang sebenarnya. Dimana aku harus menekan ego dan lebih
mementingkan kebutuhan keluarga terlebih dahulu. Aku terkejut karena gajiku
tidak bersisa setelah full menghidupi keluargaku. Aku terus berpikir dan
memutar otak bagaimana agar kebutuhan terus terpenuhi. Mulai dari pangan,
sandang, memperbaiki rumah, dan masih banyak lainnya ini dan itu. Belum lagi
jika moge ku butuh perawatan extra karena memang motor ku juga mulai banyak
component yang harus mulai ganti. Ya Allah bantu aku. Aku tidak boleh merasa
lelah dengan perubahan gaya hidup ini. Aku sudah berusaha menghemat sebisaku. Agar
aku bisa menabung untuk berjaga-jaga jika suatu saat ada sesuatu pengeluaran
yang tidak terduga.
Pernah
aku jualan online dan terjual juga. Tapi karena kekurangan modal sehingga aku
hentikan dulu. Untuk saat ini mood ku mudah sekali berubah. Mungkin efek
terlalu banyak pikiran juga. Sehingga mudah sekali lelah. Apalagi jarak kantor
juga jauh. Perjalanan 1 jam setiap kali berangkat dan pulang menguras tenagaku.
Sepertinya titik jenuh dan lelahku sudah sampai disini jika harus memakai motor
gede. Aku berpikir untuk membeli motor matic vario. Karena saat aku melihat
dijalan sekarang kebanyakan orang sudah mulai menggunakan motor matic ke
kantor. Denger-denger teknologinya juga sudah berinovasi menjadi lebih irit. Aku
memakai motorku yang sekarang setidaknya bisa menghabiskan 10rb/hari dengan
jarak PP 25 km. Menurutku beberapa tahun lalu mungkin itu sudah irit. Tapi seiring
berjalanannya waktu dan biaya bensin naik itu terasa boros sekali. Kini dengan
motor matic sekarang 10rb dengan jarak 25km bisa sampai 3 hari (pengalaman
paman yang punya motor matic terbaru). Oh my god. Seperti menelan ludah sendiri
karena dulu sempet menganggap motor matic itu lebih boros dibanding motor bebek
lainnya. Seandainya aku punya motor matic mungkin bisa mengurangi rasa lelah
ini dan bisa membuat aku lincah sana sini mencari pekerjaan tambahan entah itu
apa. Pakai motor moge cuma menang di penampilan. Tapi buat cari duit gak bisa
apalagi bawa barang banyak.
Hanya
saja pada akhirnya juga aku hanya bisa melupakan mimpi untuk membeli motor
matic baru. Tak mungkin pula aku menjual motorku yang sekarang karena harganya
juga akan jatuh. Ditambah itu adalah motor pertama yang aku beli dari
keringatku sendiri (kenangan tak ternilai harganya). Seandainya aku dapat
hadiah motor matic entah darimana, undian atau dikasih orang wow itu mimpi
sekali.
Okey
kembali ke dunia nyata keadaan diperparah dengan kondisi perusahaan yang lagi
krisis. Sekali lagi aku juga tidak menyangka. Perusahaan sebesar ini bisa
krisis keuangan. Aku khawatir jika kemungkinan terburuk harus “dirumahkan”.
Tekanan
yang aku alami menjadi bertambah. Ya Allah cobaan apalagi ini?? Tidak bisa
dipungkiri aku kadang berburuk sangka sama Tuhan. “Mengapa ini terjadi? Masih belum
puaskah dirimu dengan cerita hancurku selama ini”. Masih banyak sebenarnya yang
menimpa hidupku. Semua masalah karir, konflik keluarga, asmara semua ada
diotakku dan ini penuh. Hanya saja aku berusaha menyembunyikan semua tekanan
dan kesedihan ini dibalik senyum riangku. Agak dongkol sebenarnya jika ketemu
orang tanya kerjaan. Saat dijawab kerja di airline pasti mereka bilang “waahh…
pasti enak ya gajinya besar”. Oh shit…. Aku hanya membalas mereka dengan
senyum. Lebih tepatnya senyum pahit.
Ya…
inilah hidup. Kebanyakan orang melihatnya indah. Padahal yang ngejalaninya itu
yang stress. Kebanyakan orang memakai topeng. Hati terus aku isi dengan
prasangka positif. Aku berdoa kepada Tuhan supaya diberi kesabaran. Dan muncullah
kejadian yang mungkin membuat aku lega. Aku bertemu dengan seorang teman yang
kerja dari airline perusahaan lain. Alhasil dia juga bernasib sama sepertiku
dengan versi yang berbeda tentunya. Dia bekerja dengan status kontrak disalah
satu perusahaan airline yang pesawatnya cat merah itu. Waktu itu dia terduduk
di trotoar deket kantor menunggu jemputan bus dari perusahaan. Raut wajahnya
menyiratkan kata lelah, tertekan, dan menyerah. Aku mencoba basa basi berkomunikasi
dan entah lah dia menceritakan semua pengalaman dia selama kerja di dunia
airline. Mulai dari gaji yang rendah, nominal lembur yang sangat jauh dibawah
standart, dan bahkan kadang tidak dibayar. Mungkin 1 atau 2 jam bisa disebut
loyalitas. Namun jika sampai lebih dari 3 jam dan terjadi setiap hari menurutku
itu sangat kejam.
Aku
terdiam dan mencoba flashback dengan apa yang aku lihat dan alami selama ini. Kadang
aku bingung sebenarnya apakah kehidupan ini. Disisi lain ada beberapa temen
yang kerja di airline yang begitu bangganya dan bisa dibilang sombong serta
angkuh. Merasa dirinya itu keren. Padahal jika dilihat dari penghasilan
sebenarnya rendah. Apakah selama ini hanya topeng? aku tidak habis pikir
sebenarnya apa yang dia cari. Ingin dipuji? Atau ada hal lain yang lebih logis?
Oh… entahlah aku tak terlalu mau membicarakan panggung sandiwara orang lain.
Aku
sekarang hanya ingin menjadi diriku sendiri. Mensyukuri apa yang sudah diberi. Cukup
atau tidak aku hanya bisa berusaha dan menjalaninya dengan pasrah.. Kalau dibilang
tertekan pasti iya. Hampir ingin mati juga pernah terpikir. Manusia biasa
seperti aku tak luput juga dari down spirit. Itulah hidup. Karena masalah hidup
terus berubah dan berbeda pula cara mengatasinya, sering otak merasa lelah jika
terus dipikir secara keras. Apa ini yang dirasakan oleh orang dewasa. Saat aku
kecil yg membuat aku sedih dan menangis jika tidak dibelikan mainan. Sekarang saat
aku sudah dewasa, inikah rasanya sedih jka tidak bisa membelikan mainan? Umpamanya
tidak jauh dari situ.
Tujuanku
saat ini hanya terfokus kepada kebahagiaan kedua orang tuaku. Menjaga mereka
agar tetap sehat, melukis senyum bahagia di bibir mereka dan bangga di hati
mereka. Terlebih seandainya aku bisa memberangkatkan mereka pergi haji, tentu aku
akan langsung bersujud sukur kepada Allah yang memberiku rahmat sebesar itu.
Seandainya… ya seandainya… bolehkan aku bermimpi??? Klo boleh tolong jangan
bangunkan aku. Karena hanya mimpi ini yang bisa membuat aku tetap semangat
menjalani kehidupan yang amat sangat terasa keras ini.
Beruntung hidup dimasa kecil sampai sekolah di fasilitasi ortu,saya dari SD dititipkan panti,ortu ga tanggung jawab,ayah kawin lagi,ibu senang2 adik yg masih kecil ditipkan saudara dengan alasan mencari kerja,tapi tidak ada hasil sama sekali alias bohong,ibu dan ayah ga ada usaha keras , SMA kelas q keluar dr panti.Sekolah SMA kelas 2 cari biaya sendiri,dan saat ini utang ibu menumpuk berpuluh2 juta,gaada harta,aku jadi tulang punggung gatau besok dimasa tua apakah aku bisa bahagia,kasihan banget hidupnya diciptakan untuk menderita dan menanggung banyak duka.salam
ReplyDelete